Buku Dialog Masalah Ketuhanan Yesus yang mengalami cetak ulang, bahkan sudah beredar pula di negara-negara Timur Tengah dalam edisi bahasa Arab "Inna ad-Dina inda Allahi al-Islam", diterbitkan oleh Cambridge University Press Inggris, juga diterbitkan dalam bahasa Belanda "Dialoog over de Goddelijkheid van jezics ", memang luar biasa peminatnya. Karena itu untuk untuk cetakan keenam kali ini sengaja kami meneruskan cita-cita almarhum ayahanda H. Hizbul Maulana untuk tetap menjalin kerjasama dengan penerbit Pustaka Da'i yang sudah lama menerbitkan beberapa buah pena almarhum KH. Bahaudin Mudhary. Tentu saja isinya persis seperti cetakan pertama tahun 1971, meski dengan bentuk dan perwajahan yang tampil beda. Juga adanya tambahan, sebuah surprise yang datangnya dari teman sejawat kakanda almarhum, yaitu bapak KH. Abdullah Wasi'an yang berkenan memberikan sambutan untuk cetakan keenam ini. Insya Allah ada makna dan maslahahnya bagi segenap pengagum buah pikir almarhum KH. Bahaudin Mudhary, terutama bagi kami seluruh keluarga almarhum dan Yayasan Pesantren Sumenep.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Surabaya, 3 Mei 1998
H. Afnani Hawari Hizbul
AGAMA MENGAJAK BERDIALOG |
Pengantar dari KH. Abdullah Wasi'an
Agama Islam dan Kristen diyakini oleh masing-masing pemeluknya sebagai jalan kebenaran dan keselamatan hidup yang harus disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Apabila di suatu tempat belum mendengarkan pengajaran agama tersebut, mereka merasa berkewajiban untuk menyampaikan ajarannya.Misionaris Dalam Kristen
Ada empat dasar bagi pihak Kristen untuk melakukan misi gereja yang berasal dari kitab Perjanjian lama: motif universal, motif keselamatan, motif misi dan motif antagonistik.
Motif Universal dan Keselamatan
Pada kitab Perjanjian Lama Tuhan mengidentifikasi sendiri sebagai Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub, serta memperkenalkan diri kepada Musa dengan nama Yahwe, yang artinya Tuhan seluruh dunia.
Pada kitab Kejadian pasal 10 menjelaskan bahwa keturunan Adam menyebar menjadi berbagai bangsa, yang semuanya merupakan ciptaan Tuhan yang selalu berada dalam pengawasanNya dan hukum atau keadilanNya. Ciptaan itu bukan hanya dekorasi insidental dalam drama nyata antara Tuhan dan manusia; sebab, bangsa-bangsa - dalam arti kemanusiaan - merupakan bagian dari drama itu sendiri. Pekerjaan dan aktifitas Tuhan diarahkan pada seluruh masalah kemanusiaan.
Diantara dari masalah fundamental kitab Kejadian pasal 1-11 adalah catatan awal sejarah, yang berarti juga ditemukannya catatan akhir sejarah, yakni pada kitab Wahyu di Perjanjian Baru. Tuhan sendiri datang kepada bangsa Israel dan hidup di tengah-tengah kita dalam diri Yesus yang mengidentifikasi diri dengan nama Alfa Omega (yang Awal dan yang Akhir). Dia tidak akan berhenti bekerja sebelum "setiap bahasa dan bangsa" dan "semua orang yang tidak terhitung jumlahnya" berkumpul mengelilingi singgasananya (Wahyu 5:9-10 dan 7:9-17).
Pada kitab Kejadian pasal 12, Tuhan menyuruh Abraham untuk meninggalkan Ur menuju ke Kaldea. Saat itulah Tuhan memfokuskan perhatianNya hanya pada sejarah pribadi satu keluarga atau suku. Israel merupakan pembukaan firman Tuhan dalam meproklamirkan keselamatan. Saat itulah Israel - salah satu keturunan Abraham - terpisah dari bangsa-bangsa lainnya (Keluaran 19:3-6 clan Ulangan 7 :14-16). Dengan demikian hanya dengan melalui Tuhan bangsa Israel dapat melancarkan jalan mencapai tujuan hidup. Pemilihan Israel merupakan segmen bagi seluruh kemanusiaan. Tuhan tidak pernah memakai bangsa lain, sebab Israel adalah pars pro toto, minoritas dipanggil untuk melayani yang mayoritas. Pilihan Tuhan pada Abraham dan Israel adalah untuk menyampaikan ajarannya kepada manusia di seluruh dunia.
Dalam soteriologinya, tema Bibel adalah pekerjaan Tuhan dalam penyelamatan bangsa Israel dan bangsa lainnya, dan itu merupakan tema universalisme.
Motif Misionari
Para nabi tidak pernah lelah mengirigatkan bangsa Israel bahwa mereka dipilih bukan berarti mendapatkan hak istimewa yang hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, tetapi mereka mendapatkan kewajiban untuk melayani, di antaranya adalah tugas untuk memberi kesaksian pada bangsa-bangsa. Israel harus memberitakan kepada dunia bahwa Yahwe adalah Pencipta dan Pembebas. Mereka mendapatkan mandat untuk menjadi penerang bangsa-bangsa. Tuhan memilih Israel untuk menjadi penerima istimewa kemuliaan dan keadilanNya. Mereka memiliki tugas untuk hidup sebagai hamba Tuhan di tengah-tengah bangsa lainnya untuk menunjukkan keagungan, kemuliaan, keadilan, dan kekuatan pembebasNya. Dari waktu ke waktu Para nabi Israel ternyata sangat dikecewakan oleh bangsanya sendiri yang selalu melakukan sabotase terhadap panggilan Tuhan tersebut.
Motif Antagonisme
Setelah keturunan Adam berkembang dan menjadi komunitas yang besar, ternyata sebagian besar dari mereka cenderung durhaka kepadaNya dan sering berbuat kejahatan di bagi Tuhan, bahkan lebih condong menyembah kepada dewa dan tuhan-tuhan lainnya. Hal itulah yang mengakibatkan Tuhan merasa menyesal telah menjadikan manusia di muka bumi, dan hal itu memilukan hatiNya (Kejadian 6:5-6).
Etengan kekuatanNya yang amat besar, Tuhan melawan dewa-dewa buatan manusia sendiri. Menurut kitab Ulangan, Tuhan melawan sihir dan astrologi yang menyesatkan dan merusak hubungan Tuhan dan manusia. Dia juga menghancurkan setiap bentuk ketidakadilan sosial dan mengungkap selimut kedustaan yang selalu ditutup-tutupi atau disembunyikan, sebagaimana yang diceritakan dalam kitab Amos dan Yeremia.
Tuhan menyuruh untuk selalu berjuang mengalahkan setiap kekuatan yang menentangNya. Dia menjamin akan datangnya kerajaan Tuhan dimana setiap hubungan akan mengalami perbaikan dan ketika itu setiap makhluk - manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk lainnya -mengikuti seruan Tuhan secara total (lihat Yesaya 2; Mikha 4 dan Yesaya 65). Kitab Perjanjian Lama secara panjang lebar menceritakan bahwa kerajaan inilah pada akhirnya yang mendapatkan kemenangan. Un.tuk mewujudkannya sangat membutuhkan partisipasi misionari. Dan partisipasi dalam melaksanakan misi .ni tidak mungkin akan terwujud tanpa ada imbalan perang melawan setiap yang menentang kehendak Tuhan dimana saja, di gereja, di setiap negara di dunia ini, bahkitn dalam kehidupan diri kita gendiri.
Perjanjian Lama mengaitkan motif antagonistik sangat dekat dengan tema doxologi: Keagungan Tuhan Yahweh-Adonai akan dinyatakan di tengah-tengah umat manusia.
Perjanjian Baru: Kitab Misi Dunia
Dari awal sampai akhir; Perjanjian Baru merupakan kitab misi. la menunjukkan pentingnya keberadaan kerja misionari pada gereja Kristen awal, baik yang bercorak Yahudi maupun Helenistik. Kitab Injil adalah "catatan hidup" kotbah misionari, dan para muridYesus bukanlah bentuk dari apologi misionari sebagaimana mereka adalah instrumen autentik dan aktual dari kerja misi. Kita tidak bisa membahas setiap detail yang akan menggarisbawahi pentingnya Perjanjian baru bagi dasar clan praktek misi, tetapi bagaimanapun juga kita ingin menguji sebagian darinya.
Yesus adalah Penyelamat Dunia
Setiap motif yang terdapat pada Perjanjian lama terpadu dan bekerja dalam Yesus dari Nazaret. Episode perubahan bentuk Yesus digunung menggarisbawahi bagaimana motif universal, mesianis, dan misionari datang bersamaan dalam hidupnya. Markus 9:2-13 menceritakan Musa dan Eliyah menemui Yesus di gunung itu. Menurut tiga muridnya yang menyaksikan kejadian itu - Petrus, James dan Yohanqs, Yesus lebih besar daripada Musa dan Eliyah, dengan demikian Yesus lebih dari motif yang terdapat pada Perjanjian Lama dan menyempurnakannya dalam dirinya; Dia berjalan ke depan untuk menyatakan bahwa Tuhan telah memperhatikan seluruh dunia.
Ketika Yesus kembali ke kampung halamannya, Nazaret, dia pergi ke sinagog untuk melakukan kebaktian pada hari Sabat, dan mendapatkan kehormatan untuk membaca pesan kitab nabi Yesaya pasal 61. Setelah membaca pesan nabi pada kitab itu, Yesus berkata: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya" (Lukas 4:21).
Mandat Misionari dalam Matius
Para ahli Perjanjian baru menyatakan bahwa Injil Matius terdiri dari materi pengajaran yang terkumpul dan terorganisir pada ajaran tentang pekerjaan Yesus, pribadi dan datangnya kerajaan, juga perintah menyebarkan pesan-pesannya kepada orang lain.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa Matius menjiplak Injil Markus sebagai sumber cerita tentang perbuatan Yesus, tetapi dia sendiri mengumpulkan cerita tentang sabda Yesus. Injil Matius merupakan teksbook untuk misi.
Para ahli tidak sepakat tentang tahun penulisan kitab ini. Ada yang berpendapat ia ditulis sekitar tahun 75 M, dan lainnya mengatakan bahwa penulisan itu dilakukan antara tahun 80 M. sampai 100 M. Jika pendapat mereka itu benar, kita harus berpikir bahwa Injil ini merefleksikan periode gereja awal ketika Yahudi dan Kristen non Yahudi sedang giat-giatnya menyebarkan ajaran agamanya.
Matius pasal 10 mencatat Yesus memerintahkan para muridnya untuk menyebarkan ajarannya pada bangsa Israel. Kalimat yang perlu digarisbawahi pada ayat 5: "Janganlah kamu pergi ke jalan bangsa lain atau masuk ke kota orang Samaria, melainkan pergilah ke domba-domba yang hilang dari umat Israel" - adalah dari kitab yang juga memuat pasal 28 tentang penyebaran agama Kristen ke seluruh dunia. Para ahli Perjanjian Baru berupaya mempertemukan dua ayat yang saling bertentangan ini dengan berpandangan bahwa keduanya sama benar. Ketika Injil Matius ini ditulis, sejumlah Kristen Yahudi hidup di Palestina yang menentang setiap misi yang ditujukan kepada bangsa nonYahudi, karena mereka mengantisipasi kemungkinan munculnya peristiwa yang tidak diinginkan. Penulis Injil ini kemungkinan besar anggota Kristen Yahudi yang hidup di Syria, menulis naskah ini dengan pendirian yang kuat bahwa seruan untuk menyatakan pesan Yesus pada Israel harus dilengkapi dengan misi pada bangsa non Israel. Dia percaya bahwa penyelarasannya adalah implikasi dari perintah Yesus. Sebagaimana yang dilihat oleh penulisnya, sebelum kebangkitan, konsentrasi misi yang hanya ditujukan pada Israel merupakan strategi belaka.
Peristiwa yang membuka jalan menuju non Israel adalah kebangkitan Yesus. Sebelumnya perhatian difokuskan pada Israel, tetapi penyaliban dan kebangkitan merupakan dasar misi ke seluruh dunia dan sebagai tanda untuk dimulainya misi itu. Matius 10:23 tertulis: "Karena aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, anak manusia sudah datang."
Mandat Misionari di Injil Markus
Hampir semua pakar Perjanjian baru yang berpengaruh meyakini Injil Markus ditulis sekitar tahun 40 M. Hampir semuanya ditulis dalam lingkungan non Yahudi oleh seorang Kristen Yahudi, Yohanes Markus. Dia berharap tulisannya menjadi alat bagi kemenangan manusia mengikuti Yesus dan kerajaannya. Dia membuka injilnya dengan kata "Injil Yesus Kristus" ditampakkan begitu jelas "dalam pikirannya bahwa penulisan ini merupakan pekerjaan yang sama dengan melakukan misionari secara lisan." Dengan adanya penafsiran fakta tentang kehidupan Yesus, kematian dan kebangkitan, ia ingin memanggil manusia untuk mengimani Yesus Kristus. Memang Injil Markus memiliki kekurangan dalam memberikan mandat misionari, tetapi secara keseluruhan ia bernada misionari.
Bagaimanapun juga, di bagian akhir Injil ini yang memiliki perintah eksplisit tentang misi - ayat 15 dan 16 - banyak mengundang perselisihan. "Dan ia berkata pada mereka, "perg.ilah ke seluruh dunia, beritakan Injil ke segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." Mandat misionari yang digabung dengan membaptis merupakan keunikan Injil Markus. Disamping itu pada prase Injil Matius yang berbunyi "semua bangsa" diganti dengan kata "seluruh dunia." Konotasi kata itu adalah para muridnya harus melakukan perjalanan ke seluruh dunia untuk mengajak penduduknya melakukan pertobatan. Selanjutnya, manusia sendiri yang mengambil keputusan untuk mengikuti atau melawan Yesus dengan mendapat balasan yang setimpal, berhubungan dengan berita yang mengandung keselamatan dan hukuman.
Pakar Perjanjian Baru mengatakan, bagian akhir Injil ini - pasal 16 ayat 9-20 - adalah tambahan yang diletakkan pada Injil aslinya. Siapa saja yang menambah pasti mengikuti penulis Injil lain yang memuat mandat misi tersebut. Oleh karena itu meskipun ayat Markus ini merupakan tambahan dan memang benar-benar bukan milik Injil ini, mereka mendasarkannya pada tradisi yang terdapat pada Injil lainnya.
Mandat Misionari pada Injil Lukas dan Kisah Rasul
Injil Lukas dan Kisah Rasul ditulis menjadi dua bagian yang sebenarnya adalah satu kitab. Perbedaan waktu antara dua bagian tersebut adalah bagi yang pertama ditulis tahun 75 M. dan bagi yang kedua tahun 95 M. Setiap orang sepakat bahwa penulis kedua kitab itu adalah Lukas, seorang dokter Yunani dan pengikut Paulus.
Di awal Injilnya, Lukas mengingatkan pada pembacanya bahwa dia dengan hati-hati menguji dan menyelidiki keludupanYesus dan berusaha menulisnya seakurat mungkin. Tulisannya merupakan usahanya untuk melaksanakan tugas misionari, dan diantara sumber yang dipakai untuk menulis adalah Injil Markus.
Lukas memuat mandat misionari itu pada peristiwa kebangkitanYesus. Dalam kedua kitab itu is menghubungkan kebangkitan Yesus dengan panggilan misi. Mandat itu merupakan bagian dari perintah Yesus yang ditujukan kepada para muridnya sebagaimana yang tertulis dalam Lukas 24:46-47: " .....ia berkata kepada mereka: "telah tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam namanya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, rnulai dari Yerusalem."
Lukas 24 dan Kisah Para Rasul 1 menyatakan bahwaYerusalem adalah satusatunya tempat dimulainya penyebaran berita gembira, sebuah pecan yang berdasar pada penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus.
Lukas mengambil penderitaan untuk mengaitkan panggilan misi tidak hanya pada kebangkitan Kristus tetapi juga pada janji Roh Kudus. Pada Kisah Rasul pasal 1 memuat berita bahwa para murid diperintah untuk menunggu kedatangan Roh Kudus setelah Yesus pergi meninggalkan mereka, yang berbunyi berikut ini:
"Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuan, maukah engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawabnya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, dan kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:6-8)
Mandat Misionari pada Injil Yohanes
Para ahli Perjanjian Baru sepakat bahwa Injil Yohanes memiliki perbedaan dalam cara metode dan penulisannya yang berbeda dengan ketiga injil lainnya. Hampir semua pakar meyakini bahwa injil ini ditulis sekitar tahun 100 M.
Pengarangnya mungkin menulis kitab ini ketika hidup di Epesus, dan pemilihannya pada materi tentang sabda Yesus berhubungan dengan tujuan misionari. Dia ingin menyampaikannya pada masyarakat yang hidup di Asia Minor, dan memiliki tiga tujuan dalam menulis injil ini dan tiga suratnya: membawa manusia percaya kepadaYesus Kristus (Yohanes 20:31), menjaga mereka agar tetap setia dalam pengakuan bahwa Yesus datang dalam daging (I Yohanes 4:2-3), dan melanjutkan persahabatan iman dalam Yesus (I Yohanes 1:3). Semua framework itu merefleksikan keinginan mendalam pada panggilan para murid dalam misi dunia (Yohanes 4:35-38; 13:20; 17:18).
Yohanes mengorientasikan panggilan misi tidak hanya pada pribadi Yesus dan pekerjaannya, tetapi juga pada Tuhan itu sendiri. Yesus berkata: "aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang menerima orang yang kuutus, is menerima aku, dan barang siapa yang menerinta aku, is menerima Dia yang mengutus aku" (Yohanes 13:20). Tuhan Bapa mengutu.s anakNya yang kemudian anak itu mengutus para muridnya untuk mengumpulkan domba-domba dari segala manusia dan membawa mereka menjadi keluarga Tuhan (Yohanes 10:16; 12:32; 17:1-26).
SetelahYesus berkata demikian, dia memberikan perintah aktual untuk melakukan misi dalam Yohanes 20:21-23: "Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, is mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh kudus. Jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan bila kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosa tetap ada."
Islam dan Kewajiban Da'wah
Setiap manusia perlu mempertanyakan diri atas keberadaannya di dunia. Kita ini dari mana, mau kemana, apa maksud dan tujuan hidup kita, mengapa kita harus ada di dunia?
Kehidupan di dunia ini selalu mengajak para penghuninya - terutama manusia -- untuk berjuang mempertahankan hidupnya dan generasi penerusnya. Di balik itu manusia mendapatkan tantangan dan rintangan yang mengakibatkan penderitaan hidup. Oleh karena itu muncul pertanyaan lagi: Mengapa kita harus memperjuangkan kehidupan kita dan generasi berikutnya, padahal mau atau tidak, cepat atau lambat, semua yang hidup ini pasti meninggal dunia?
Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada manusia, tidak menghendaki makhlukNya terombang-ambing dalam kegalauan dan kebingungan dalam menapaki perjalanan hidupnya di dunia ini. Dia memberikan bimbingan dan petunjuk bahwa kehidupan ini penuh permainan dan senda gurau nyata, manusia tidak boleh terjebak dalam lingkaran itu dan harus bersungguh-sungguh bergerak menuju kehidupan hakiki di akhirat nanti (QS. al-An'am 32). Sedangkan satu-satunya tujuan hidup ini hanya menghambakan atau me ngabdikan diri kepada Allah (QS. ad-Dariyat 56) dengan keyakinan dan pernyataan bahwa "tidak ada tuhan selain Allah" (QS. Muhammad 19). Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mau mengharnbakan diri kepadaAllah maka hidupnya sia-sia belaka, tidak ada artinya dia hidup di dunia. Allah sama sekali tidak membutuhkan peribadatan manusia, dan Dia tidak akan risau atau pun sedih bila makhlukNya mengabaikan panggilanNya:
"Musa berkata kepada bani Israel: "Seandainya kalian dan seluruh manusia di dunia ini kufur terhadap Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS. Ibrahim 8).
Sikap Tuhan seperti yang termuat dalam Alqur'an ini sangat bertolak belakang dengan keadaan Tuhan yang diceritakan oleh Bibel kitab Kejadian 6:6 yang menjelaskan: "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa la telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya."
Dengan demikian, Allah memberikan bimbingan atau petunjuk hidup yang berupa agama melalui kitab suci (Alqur'an) bukanlah untuk membebani manusia, melain untuk membebaskan manusia dari kegelapan dan penderitaan hidup menuju kehidupan yang cerah, damai, sejahtera dan bercahaya (QS. Ibrahim 1). Oleh karena itulah Nabi Muhammad saw. mendapatkan kewajiban untuk menyebarkan ajaran Allah ini ke seluruh manusia, agar mereka mendapatkan karunia dan rahmat dari yang Maha Kuasa (QS. al-Anbiya' 107).
Dalam perjalanan menyebarkan rahmat Allah ini, umat Islam berhadapan dengan tradisi dan keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal setiap yang bertentangan dengan Islam, berarti berlawanan dengan rahmat, karunia, keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian yang diberikan Allah kepada manusia - yaitu penderitaan, kesengsaraan dan kehancuran hidup. Oleh karena itu mereka mendapatkan tugas dari Allah untuk menyampaikan dan menunjukkan bahwa satu-satunya jalan kehidupan yang benar dan satu-satunya jalan keselamatan hanyalah Islam. Selain itu tidak ada keselamatan.
"Dan hendaklah dari kamu, umat yang menyeruh pada kebajikan, menyuruh keparda yang ma'ruf dan mencegah kemunkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran 104).
Dialog Islam dan Kristen
Dari sekian tradisi, keyakinan atau agama yang berhadapan dengan Islam diantaranya adalah agama Kristen yang menyatakan bahwa Yesus itu adalah Allah, Yesus adalah jalan keselamatan, Bibel (Alkitab) adalah firman Tuhan yang harus disampaikan ke segala bangsa dan lain-lain.
Saat bertemu dan berhadapan itulah Islam dan Kristen dituntut untuk membuktikan kebenarannya masing-masing. Di antara jalan pembuktian itu adalah dengan melakukan dialog antar agama, di mana masing-masing pemeluknya harus dengan terbuka untuk menerima kebenaran meskipun dari pihak lain, dan siap menolak yang tidak benar meskipun yang salah itu berasal dari pihaknya. Dialog berasal dari kata Dialogus yang artinya: pembicaraan antara dua golongan, baik perseorangan maupun kelompok. Dialog antar agama (seperti Islam dan Kristen) juga dapat terjadi karena beber.apa faktor berikut ini:
1. Seorang penganut suatu agama, yang telah membaca buku tentang agama lain, lalu hatinya tergerak untuk mengetahui mana agama yang benar, kemudian datang kepada seorang tokoh atau ahli agama untuk mendiskusikan mengenai kedua agama (Islam dan Kristen). Sebagaimana yang dilakukan olehAntonius Widuri dan KH. Bahaudin Mudhary yang dapat anda nikmati pada buku ini.
2. Seorang yang sudah yakin akan kebenaran agamanya, lalu mengenal agama lain yang bertentangan dengan ajaran agamanya, kemudian dia mengajak (menantang) berdialog tentang Islam dan Kristen. Sebagaimana yang dilakukan oleh pendeta ev dr. Suradi (pemimpin Gema Nehemia Jakarta) dengan penulis pada 4-4-1989 di Gedung Pertemuan Hindu, jl. Pasar Baru Jakarta; Robert Westley Sitorus (pendeta Gereja Advent Purwakarta Jawa Barat) dengan penuhs pada 13-12-1990; Masyhud SM. dengan Dr. Sictus Situmorang (pastur gereja Katolik Probohnggo) pada tahun 1992 di gereja Katolik Probolinggo Jawa Timur, juga dengan ev dr. Herman Simanjutak (Abdul Masih) pada 20-10-1995 di kantor Gema Nehemia jl. Proklamasi 47 Jakarta; Machmud SH. dengan Dr. AlexAbraham dan Drs. Sudi Darma (pendeta gereja Betania Surabaya); Penulis dan Machmud SH. dengan Dr.Mizzah (pendeta Advent Surabaya) di rumah pendeta tersebut dan lain-lain.
3. Tokoh Kristen dari Selandia Baru dengan dipandu oleh seorang Kristen di kota Mojokerto Jawa Timur, pada 31-12-1968 mengunjungi rumah H. Turmuzi (juga di Mojokerto) dengan maksud ingin mengadakan dialog tentang Islam dan Kristen. Pada waktu itu penulis sebagai wakil Islam. Begitu pula Sudrajat, Yeri dan Sugiyo (misionaris KristenYehova) mendatangi rumah-rumah orang muslim, yang pada akhirnya berdialog dengan Masyhud SM. di Sidoarjo jawa Timur pada tahun 1996.
4. Seorang Kristen mantan Islam dari Tulangan Sidoarjo, setelah sekian lama masuk Kristen, menyatakan bahwa ia mau kembali masuk Islam, jika ada tokoh Islam yang dapat menerangkan bahwa Islam lebih unggul daripada Kristen. Maka ia datang kepada penulis untuk berdialog tentang Islam dan Kristen. Ternyata dia hanya ingin menguji penulis atau ingin sengaja berdialog karena yakin ia dapat menundukkan orang Islam.
5. Seorang Kristen berkata pada orang Islam, bahwa ia berasal dari keluarga muslim yang fanatik. Katanya, dia masuk Kristen karena di dalam Islam terdapat hal-hal yang tidak dapat diterima olehnya, seperti: poligami, hukum rajam yang dianggap kejam, mengapa umat Islam selalu membaca salawat kepada Nabi Muhammad yang berarti nabi umat Islam ini belum selamat, sehingga tidak mungkin bisa menyelamatkan orang lain.
Juga dikatakan bahwa keselamatan dalam Islam itu belum pasti, karena selalu dikatakan "insya Allah". Sedangkan dalam Kristen, keselamatan itu sudah dapat dipastikan, karena dalam Kisah Rasul 4:12 disebutkan:
"Maka tiadalah keselamatan itu di dalam barang seorang lainnya, karena di bawah langit tiada lagi nama lain yang dikaruniakan kepada manttsia, yang di dalamnya kita selamat."
Allah memerintahkan umat Islam apabila menghadapi dialog semacam yang mana pun dari lima butir di atas, harus bersikap dewasa. Yaitu berlapang dada, toleran serta menunjukkan akhlak mulia:Juga dikatakan bahwa keselamatan dalam Islam itu belum pasti, karena selalu dikatakan "insya Allah". Sedangkan dalam Kristen, keselamatan itu sudah dapat dipastikan, karena dalam Kisah Rasul 4:12 disebutkan:
"Maka tiadalah keselamatan itu di dalam barang seorang lainnya, karena di bawah langit tiada lagi nama lain yang dikaruniakan kepada manttsia, yang di dalamnya kita selamat."
"Dan janganlah berdialog dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim dari kalangan mereka.." (QS. al-Ankabut 46)
Agar tidak melakukan dialog dengan serampangan, umat Islam dituntut memiliki ilmu Kristologi. Ketika sidang Tanwir Muhammadiyah di Lhok Seumawe pada 8 Desember 1989, mensekneg menjawab pertanyaan seorang peserta Tanwir, bahwa di Belanda ada lembaga Islamologi yang anggotanya tokoh-tokoh Kristen. Dengan maksud mencari kelemahan ajaran Islam, sehingga dia dapat berbicara apabila berhadapan dengan orang Islam. Lalu mengapa di Indonesia belum ada lembaga Kristologi yang didirikan umat Islam?
Dengan bekal kristologi yang memadai, dapat menghasilkan dialog yang baik, seperti Dialog Masalah Ketuhanan Yesus yang dilakukan oleh KH. Bahaudin Mudhary Beliau dapat menginsyafkan saudara Antonius Widuri atas kebenaran agama Islam tanpa merasa dipaksa. Dialog yang berdasarkan pada argumentasi dan jauh dari sikap mau menang sendiri, merupakan hal yang sangat baik.
Bagi seorang Islam yang ahli Kristologi seperti KH. Bahaudin Mudhary (alm), KH: Arkanuddin Masrury (alm), Yousoef Soueb (alm), Prof. Drs. Hasbullah Bakhri dan lain-lain dalam setiap dialog dapat menerangkan semua masalah dengan dalil yang akurat ilmiah berdasarkan Alkitab (Bibel) itu sendiri. Sehingga bagi lavran dialognya hanya tinggal memilih: mau menerima kebenaran atau tidak.
Dialog seperti ini tidak akan mengganggu kerukunan antar itmat beragama. Bahkan menurut seorang ahli teologi bangsa Jerman dalam buku "Die herrschenden Ideen des-Islams" mengatakan: Der Zusammenstossz der Geistesstromungen, fordert and kraftigt das-Geistesleben (dengan adanya tubrukan mengenai aliran kerohanian, akan memajukan serta menguatkan hidup kerohanian).
Hal itu akan berbeda sekali apabila suatu dialog tidak didasarkan pada ilmu, sebab cara ini tidak akan menyelesaikan bahkan sebaliknya akan menimbulkan ketegangan dari kedua pihak. Penulis menghargai kebesaran jiwa A.M. Yusuf Roni yang menulis dalam bukunya "Pembelaku yang Agung" pada halaman 10 sebagai berikut:
"Hendaknya umat beragama harus berjiwa besar apabila kitab sucinya dikritik, agar lebih jelas kemurniannya yang hakiki. Oleh sebab itu saya rasa umat Kristen tidak keberatan apabila umat agama lain mengutip ayat-ayat Alkitab sekalipun penafsirannya tidak sama dengan ajaran Kristen."
Penulis pun berpendirian begitu. Namun harus diingat dan diperhatikan, bahwa ada dua hal yang sangat berbeda secara prinsipil, yaitu
1. Penyalahgunaan atau penyelewengan tafsiran suatu ayat, baik ayat Alqur'an maupun Alkitab.
2. Memandang suatu ayat, baik Alqur'an maupun Alkitab, dapat diartikan begini dan begitu.
Jika terjadi hal seperti pada butir 1, yaitu penyelewengan penafsiran suatu ayat, kemudian lawan dialognya memberikan tafsir yang sebenarnya, maka pihak yang salah tafsir tersebut harus taslim (menerima). Sedangkan jika terjadi seperti butir 2, maka diadakan adu argumentasi dengan jiwa besar dan hati jujur.Seorang misionaris Kristen pernah mengirim surat kepada seorang Muslim dengan maksud ingin memberitakan kepada orang Islam tentang Yesus dan keselamatan yang pasti. Sebab menurut dia, apabila ia tidak memberitakannya, dia akan berdosa. Jika dia sudah menyampaikan dan sang penetima tidak percaya, berarti itu urusan yang menerimanya dengan Tuhan.
Kita harus mengakui bahwa para pengikut dari semua agama memiliki semangat tinggi untuk menyampaikan ajaran agamanya kepada orang di luar agama mereka. namun karena ada SK menteri agama (H. Alamsyah Ratu Prawira Negara) no. 70 tahun 1978, bahwa penyebaran agama tidak boleh ditujukan kepada orang yang sudah memeluk agama (selain agama yang dipeluk oleh si pengajak). Maksudnya agar orang awam dari suatu agama tidak digoyang imannya pada agama yang telah dipeluknya dan tidak didangkalkan akidahnya.
Kecuah jika propaganda agama itu ditujukan kepada tokohnya atau kepada orang yang mengerti perbandingan agama. Agar mereka yang bersangkutan dapat saling menunjukkan kebenaran agamanya masing-masing dengan ikhlas, berjiwa besar, berhati bersih serta bertoleransi cukup tinggi. Dengan demikian akan dapat mencapai harapan untuk menemukan kebenaran hakiki. Atau paling tidak untuk menguatkan dan memajukan kellidupan kerohanian, sebagaimana yang dikatakan oleh ahli teologi dari. Jerman di muka.
Sidoarjo,1 Oktober 1998
KH. Abdullah Wasi'an
ASAL MULA TERJADINYA PERTEMUAN MALAM PERTAMA |
Kedatangan saudara Markan dan Antonius Widuri pada selamatan tersebut ingin menemui Kyai Bahaudin Mudhary yang memang sudah di kenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama oleh saudara Marzuki selaku tuan rumah, kedatangan dua saudara ini disambut dengan ramah dan rasa gembira.
Kemudian saudara Markan menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai Bahaudin Mudhary, berhubung dengan keinginannya yang sudah lama terkandung untuk membandingkan tentang masalah Ketuhanan dalam agama Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan dengan i'tikad, kepercayaan diantara kedua agama tersebut.
Menurut saudara Markan, karena bapak Kyai sedang berada di sini, kalau bisa di lain waktu saja untuk menemui beliau, diberi waktu yang cukup. Akan tetapi sekiranya bapak Kyai dan Tuan Rumah serta saudara-saudara disini tidak berkeberatan, minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya, agar saudara-saudara tidak salah faham, karena hal tersebut, hanya dari hati ke hati saja, yakni hanya soal keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan tidak berkeberatan asalkan berkisar dalam soal agama saja, dan tidak ada kata-kata singgungan terhadap siapa pun. Jadi hanya merupakan soal jawab antara pribadi dengan pribadi saja.
Bapak Kyai Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar pribadi ini tidak selesai malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh saudara Markan dan saudara Antonius dijawab, bahwa yang penting adalah kepuasan, walaupun memerlukan waktu lama baik siang maupun malam. Kalau begitu menurut Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata bukan pertemuan dengan undangan.
Perlu diterangkan dalam soal jawab ini nama-namanya disingkatkan. Huruf: "A" singkatan dari bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf "B" singkatan dari Antonius atau saudara Markan. Karena, saudara Markan sering ikut menjelaskan keterangan saudara Antonius.
Lembar 1
|
Lembar 1
|
Lembar 1
|
Lembar 1 | |
A: | Betulkah kepercayaan Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus dosa. |
B: | Memang demikian. |
A: | Dimanakah menyebutkan. |
B: | Dalam kitab Kisah Para Rasul, pasal 5 ayat 31. |
A: | Tolong bacakan. |
B: | Baik disini menyebutkan : Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. |
A: | Susunan kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan. |
B: | Tetapi dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan |
A: | Bacakanlah. |
B: | Di sini menyebutkan: Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. |
A: | Malaikat itu berkata kepada siapa menurut ayat itu. |
B: | Di Lukas, pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa Malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di padang, menjaga binatangnya pada waktu malam. |
A: | Tidak ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut. |
B: | Buat saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup. |
A: | Baik, kalau saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab Kisah Para Rasul, pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus, hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus, oleh karena saudara bukan keturunan Bani Israil. Demikianlah kalau saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara, yang telah saudara baca sendiri. |
B: | Di waktu itu mungkin hanya bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia. |
A: | Kalau benar sanggahan saudara, silahkan saudara buka di Matius, pasal 1 ayat 21. |
B: | Baik, di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." |
A: | Apakah belum jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa ke datanganya Yesus hanya untuk melepaskan dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah dibicarakan. |
B: | Akan tetapi dapat juga saya artikan: "kaum" itu dengan "bangsa", ialah bangsa manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa. |
A: | Dengan dasar apakah saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan kata: "kaumnya". Taruh kata saudara alihkan kata: "kaum" dengan arti "bangsa", maka yang demikian itu pun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus sendiri saja, ialah bangsa Ibrani (Israil). |
B: | Saya masih belum yakin keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untu bani "Israil" saja. |
A: | Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu bukan untuk semua bangsa. |
B: | Ya, saya yakin, dan demikianlah pendapat saya. |
A: | Apakah saudara sudah periksa di Bibel. |
B: | Saya sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat itu. |
A: | Kalau begitu, silahkan periksa Injil Matius, pasal 15 ayat 24. |
B: | Baik, disini menyebutkan: Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." |
Lembar 2 | |
A: | Bukankah ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui, bahwa ia diutus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan bani Israil, tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus hanya menjadi juru Selamat untuk bani Israil saja, sedangkan saudara sendiri pun bukan dari golongan bani Israil. |
B: | Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimanakah ini semestinya. |
A: | Nah, kalau begitu orang bisa berpendapat, apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil "Matius" yang saudara baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel". Jelas disini Yesus sendiri mengakui disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka saya ingin bertanya, pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri. |
B: | Betul begitu. Akan tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta maaf. |
A: | Tidak apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini berjudul: "Bijbellezingen voor het Huizgezin". Setujukah saudara. |
B: | Baiklah, dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama, apakah ayat. Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang berbahasa Belanda. |
A: | Silahkan saudara periksa di bab: "De onderdanen van het koningrijk", halaman 834, ayat 12, Apakah sudah diketemukan ayatnya. |
B: | Sudah ini dia. |
A: | Nah, marilah kita periksa. Di ayat ini menyebutkan: Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem smekende haar dochter to genezen, wat zei Hijtoen? Maar Hij antwoordende, zeide: "Ikben niet gezonder dan tot de verloren schapen van huis Israel". Kalau kita salin ke dalam bahasa Indonesia:"Ketika seorang perempuan dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-ngemis padanya supaya mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?". "Maka jawab Yesus, katanya: Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israil". Nah, kalau demikian bagaimanakah pendirian saudara. |
B: | Yah, terus terang saja, tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan bapak. |
A: | Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius, pasal 26 ayat 1 dan 2. |
B: | Betul, saya ingat, saya akan menjelaskan ayat tersebut. |
A: | Baik, kalau saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan. |
B: | Saya akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut. |
A: | Baik, pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah (membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya. |
B: | Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan." Jadi kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini. |
A: | Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib.Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius, pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai berikut: Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? |
Lembar 3 | |
B: | Di ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan Ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan disalib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk disalib. |
A: | Kalau begitu, di waktu Yesus disalib ada dimanakah badan Ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara menjawab berpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara jawab tetap di situ, mengapa badan Ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong. |
B: | Saya tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya. |
A: | Bukan itu saja, malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius, pasal 26, ayat 38 yang menyebutkan: lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Mengapa badan Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya. Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia. |
B: | Kalau saya berpegang kepada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk bani Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar bani Israil supaya percaya kepada Yesus. |
A: | Kalau saudara konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian pendapat saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa bani Israil semata-mata, bukan manusia lainya. |
B: | Taruh kata kedatangan Yesus itu hanya untuk bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan. |
A: | Kalau begitu, apakah orang bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya. |
B: | Entahlah. |
A: | Mengapa dalam kitab Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya bani Israil. Dengan demikian maka orang bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerimanya pahala besar, kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah, dosa-dosa bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu. |
B: | Dalam hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin di lain waktu. . |
A: | Saya akan ulangi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus itu disalib dosa bisa terhapus. |
B: | Ya, betul begitu menurut ayat Injil. |
A: | Alat apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus. |
B: | Kalau saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: "kayu salib". |
A: | Kalau begitu Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan. |
B: | Ya, demikian, sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib. |
A: | Silahkan saudara periksa di Galatia, pasal 3 ayat 13. |
B: | Baik, disini disebutkan: Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" |
A: | Menurut keterangan saudara, Yesus rela untuk disalib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca menyebutkan: terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu salib. Apakah Yesus sendiri tidak termasuk orang yang tergantung pada kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus dosa manusia. |
B: | Terima kasih, saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam, karena; sekarang waktunya sudah terlalu larut malam. |
A: | Baiklah terserah saudara. |
|
Lembar 1
|
|
|
Lembar 1
|
Lembar 1
|
0 komentar:
Posting Komentar