Pilih Hidup Mulia atau Mati Syahid
Ada yang rela diperbudak, ada yang menyerah dengan terpaksa, ada yang terus berjuang sepanjang hayat. Hanya satu yang mulia
Dalam Alquran banyak didapati ayat-ayat yang memberikan kabar gembira dan kemenangan bagi setiap muslim yang berada dalam barisan partai Allah. Sebaliknya, banyak pula didapati ayat-ayat yang memberikan kabar buruk dan akibat yang kurang baik bagi mereka yang melakukan koalisi dengan kekuatan-kekuatan kuffar. Kelompok kedua ini akan menyesal selama-lamanya karena apa yang diinginkannya tak pernah tercapai, kecuali sedikit saja.
Berkoalisi dengan kelompok kuffar hanya membawa sengsara dunia dan akhirat. Di dunia mereka akan dikhianati, sedangkan di akhirat, siksa Allah sudah menunggunya. Para pemimpin mereka tentu saja yang paling bertanggung jawab atas persoalan ini, sebab merekalah yang mengajak umatnya, baik melalui kampanye maupun agitasi lainnya.
Adapun mereka yang berada di dalam partai Allah, mereka tidak melakukan aliansi ataupun koalisi dengan kelompok manapun, kecuali dengan mereka yang nyata-nyata telah menunjukkan komitmennya pada perjuangan Islam. Mereka bersatu-padu membangun kekuatan riil untuk menumbangkan kekuasaan tiran yang zalim. Mereka berjuang mengembalikan kedaulatan Allah yang telah direbut oleh sekelompok orang atas nama demokrasi dan kebebasan.
Boleh jadi barisan Hizbullah ini kelihatannya lemah, jumlahnya masih sedikit, kekuatan pendanaannya sangat terbatas, tetapi di balik itu mereka memiliki motivasi yang tinggi, militansi yang menggebu, dan semangat juang yang tiada pernah padam. Pelan tapi pasti kekuatan mereka akan bertambah, membesar dan pada akhirnya dapat mengubah tatanan masyarakat jahili menjadi lebih Islami.
Kemenangan Hizbullah bukan sekadar ramalan, tapi merupakan ketetapan Allah Swt, Dzat yang paling berkuasa, baik di langit maupun di bumi. Dialah raja di atas semua raja, penguasa di atas semua penguasa, pemerintah di atas semua pemerintah, bahkan Dia adalah pemaksa di atas semua pemaksa. Dia berfirman:
"Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut partai Allah itulah yang pasti menang." (QS al-Maaidah: 56)
Ciri partai Allah itu secara gamblang telah dijelaskan oleh Allah dalam ayat ini, yaitu mereka yang mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin sebagai walinya. Loyalitas perjuangannya semata-mata untuk itu. Bukan atas nama nasionalisme, sekularisme, maupun isme-isme yang lain, termasuk Pancasila bila ajarannya disebut sebagai ideologi.
Bahkan dalam ayat lain, nyata-nyata Allah telah memberi syarat bahwa Hizbullah, barisan partai Islam, adalah mereka yang tidak melakukan koalisi dan aliansi dengan kelompok lain di luar Islam. Mereka tidak mengambil orang-orang kafir sebagai teman berjuang. Allah berfirman:
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah Hizbullah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya partai Allah itulah golongan yang beruntung." (QS al-Mujadalah: 22)
Dua ayat yang telah dikemukakan di atas sudah sangat jelas memberikan gambaran bahwa keberuntungan dan kemenangan itu sepenuhnya milik orang-orang yang berada dalam partai Allah, bukan mereka yang berada dalam partai-partai lain. Dalam hubungannya dengan perjuangan ini, manusia dapat dibagi dalam empat golongan. Pertama adalah kelompok orang yang kalah sebelum bertempur. Mereka rela dijajah, diperkosa hak-haknya, dibeli harga dirinya oleh orang lain. Mereka tidak melakukan perlawanan apapun kepada orang-orang yang merusak agamanya dengan melegalkan berbagai jenis kemaksiatan beroperasi di negaranya.
Inilah golongan orang-orang yang lemah. Bukan lemah ekonominya, bukan pula lemah karena tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Tetapi mereka ini adalah golongan yang lemah imannya. Tidak memiliki nyali untuk melakukan perlawanan. Tidak yakin akan janji-janji Allah. Mereka adalah orang-orang pengecut, penakut, yang hanya mencari keselamatan sesaat di dunia ini.
Kedua, golongan orang-orang yang telah gagal dalam perjuangan. Mereka telah berani maju ke medan jihad dengan semangat yang tinggi, tetapi karena kelihaian musuh dan kekuatannya yang besar, maka para pejuang Islam dapat dipukul mundur. Akhirnya para pejuang Islam ini menyerah kalah. Kekalahan ini menjadi akhir segala-galanya. Semangatnya yang dulu menyala-nyala kini telah padam. Mereka menanggung rasa malu, kecewa, dan kesedihan yang mendalam. Mereka hina di hadapan musuh-musuh Islam. Segala aktivitasnya diawasi, dan seluruh gerak-geriknya dibatasi.
Golongan ini banyak didapati pada kaum muslimin yang semangatnya hangat-hangat tahi ayam. Dikiranya perjuangan itu hanya sekali kemudian menang. Mereka tidak atau kurang menyadari bahwa perjuangan itu berjangka panjang, berproses terus-menerus secara simultan. Tiada henti sampai ajal menjemput, syahid atau menang.
Golongan ketiga adalah orang-orang yang berjuang mati-matian dalam setiap medan perjuangan. Adakalanya mereka maju, tapi kadang-kadang harus mundur. Berjuang itu bagaikan main catur, sesekali menang, sesekali kalah. Kalah menang dalam perjuangan itu biasa. Mereka telah menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada Allah Swt. Yang penting bagi meraka adalah berjuang. Itulah tugasnya. Dalam hatinya terdapat keyakinan yang besar tentang kebenaran firman Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia pun berkenan menolong kamu dan meneguhkan pendirianmu." (QS Muhammad: 7)
Golongan ini pada kenyataannya mengalami kekalahan, tapi sesungguhnya mereka bukan kalah. Semasa di dunia mereka harus menelan pil pahit perjuangan, tapi sesungguhnya mereka adalah golongan yang beruntung. Allah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka, dan kehidupan yang lapang di surga. Allah berfirman:
"Orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, tidak sia-sia amal mereka. Kelak Allah bakal menunjuki mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Dan Tuhan memasukkan mereka ke dalam surga sembari memperkenalkan surga itu kepada mereka." (QS Muhammad: 4-6)
Boleh jadi mereka mati, terbunuh oleh musuh, tapi di hadapan Allah sesungguhnya mereka ini tidak mati. Mereka tetap hidup. Raganya memang kembali menjadi tanah, tapi semangatnya terus menyala-nyala, mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namanya terus dikenang, dan hidup selama-lamanya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah: 154, "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu sebenarnya hidup, tetapi kamu tidak menyadari."
Adapun golongan keempat adalah mereka yang memperoleh kemenangan dalam perjuangannya di dunia. Mereka memperoleh kemenangan di saat ajalnya belum datang. Inilah kemenangan yang diraih Rasulullah saw. Sebelum beliau dipanggil Allah, Islam telah menyebar di muka bumi. Kekuasaan Islam meluas, tidak hanya di jazirah Arab, tempat kelahiran Nabi. Itulah kemenangan yang besar. Mereka mendapatkan dua surga sekaligus, yaitu surga di dunia berupa al-fath, kemenangan, dan surga di akhirat.
Kemenangan ini tentu saja diperoleh dengan persiapan yang matang. Persenjataan mereka mencukupi, perbekalannya banyak, dan ditunjang dengan penguasaan teknik perang yang memadai. Kelompok inilah yang paling beruntung.
Pilihan kita dalam berjuang ini hanya dua, hidup mulia atau mati syahid. Di luar pilihan itu hanya akan membawa hidup kita hina atau sengsara selama-lamanya. Untuk itu kita perkuat barisan partai Allah, di manapun juga.


0 komentar:

Posting Komentar