OH, UMMI

Firdaus duduk tercenung di bibir ranjangnya. Dipandanginya wajah almarhum ibunya yang ada dalam bingkai figura di dinding.
"Anakmu sudah menemukan calon istri yang shalehah ummi," ujar Firdaus seraya tersenyum kepada foto sang ibu. Ibu yang tak pernah Firdaus rasakan kehadirannya. Ia syahid saat berjuang melahirkan Firdaus. Perempuan itu telah mengorbankan nyawanya agar sang anak dapat menghirup udara di dunia fana ini.
Sejak saat itu Ustadz Husen, ayah Firdaus lebih memilih menduda guna membesarkannya. Bahkan setelah Firdaus dewasapun sang ayah belum juga menikah.
"Abi ingin puas-puas membesarkan dan mendidik kamu Firdaus," jawab Ustadz Husen saat putra semata wayngnya itu mendesak dia agar segera menikah.
"Tapi sekarang kan Firdaus sudah dewasa Abi," sahut Firdaus." Apalagi Firdaus sudah bekerja, jadi Abi tak perlu terlalu mengkhawatirkan Firdaus."
"Belum ketemu yang cocok nak," jawab Ustadz Husen lagi. "Malah semestinya kamu itulah yang menikah. Sudah punya calon belum? "
"Ah, Abi. Firdaus belum mikir ke situ,"
"Nah, justeru kamu itulah yang semestinya segera mencari jodoh. Ingat, pemuda yang sudah mampu harus segera menikah!"
"Iya, deh," Firdaus tak bisa berkutik. " Tapi Abi harus nikah juga biar Firdaus tidak khawatir. Biar ada yang merawat abi, kalau encoknya kumat."
"Ha..ha..ha..Bisa saja kamu itu. Baik, bagaimana kalau kita sama-sama aja, setuju?"
Firdaus berfikir sejenak. "Baik lah Abi. Abi sudah punya calon?"
"Ha..ha..ha… Sudah dong, Ustadz Husen terkekeh sambil mengelus rambut anaknya. "Nah, sekarang kamu sudah ada apa belum?"
Firdaus bingung. Ah! Gimana ya? Apa Maimunah itu sudah bisa dibilang calon? Tapi…Firdaus kan belum pernah menanyakan langsung sama orangnya apa dia mau apa tidak. Tapi…Kalau dilihat tanda-tanda yang ada sih, kayaknya mau tuh.
"Mau disebut ada…ya, ada. Tapi mau disebut nggak ada…ya, memang belum ada."
"Lho? Kok jawabannya ngambang gitu?"
"Taksiran sih ada Bi, tapi Firdaus belum nanya orangnya Mau apa nggak sama Firdaus."
"Oh…Begitu. Baiklah malam Jum'at nanti temani Abi meminang calon ibumu ya?"
"Okey deh Bi."
"Dan besoknya kita pinang taksiranmu itu, gimana?" Ustadz Hesen menatap anaknya. Firdaus mengangguk. "Eh! Tapi kalau boleh tahu, anak siapa sih taksiranmu itu? Shalehah kan?"
"Ha..ha…ha.." Firdaus tertawa. "Insya Allah Shalehah. Tapi tentang siapa orangnya, rahasia deh. Nanti saat meminang Abi pasti tahu juga, sekarang biar Firdaus rahasiakan dulu. He..he.. buat kejutan Bi!"
"Dasar!" Ustadz Hesen mengacak rambut Firdaus. "Kalau begitu kita satu sama, Abi juga tidak akan mengatakan siapa calon ibu kamu itu, biarpun sebenarnya kamu sudah mengenal dia." Ustadz Husen lalu beranjak meninggalkan putranya yang cuma terbengong-bengong.
Perlahan butiran bening berkumpul di pinggir mata Firdaus lalu mengalir membasahi pipinya. Terasa hangat.
***
Pertemuan terakhir kali dengan akhwat Maimunah di Kantin Perusahaan tadi sore sungguh sangat mengganggu batinnya.
Ya! Iya yakin, tentu akhwat itu ada hati sama dia. Sudah yang kelima kalinya ia memergoki si akhwat lagi memperhatikannya dengan serius. Dan sepertinya dia sedang menunggu reaksi dari Firdaus.
"Nggak mungkin kan kalau Maimunah yang duluan mengungkapkan perasaannya pada kaum," ujar Lukman saat mereka di kendaraan. "Kamu dong yang mulai. Laki-laki yang melamar kepada walinya."
Betul juga. Mestinya Firdauslah yang berusaha memulai pendekatan. Mana mungkin Maimunah yang bakal mendekatinya, apalagi ia seorang akhwat, tentu selalu menjaga akhlak sebagai seorang wanita.
"Eh, tapi dia itu janda Fir," tambah Lukman lagi.
"Aku sudah tahu," sahut Firdaus mantap. Ia sudah mencari identitas tentang Maimunah. Menurut beberapa ikhwan di Forum tempat biasa Firdau mengikuti taklim suami Maimunah adalah salah seorang anggota Laskar Jihad yang syahid di bumi Maluku. Ketika Laskar Jihad mengirim anggotanya pertama kali ke Maluku, Maimunah yang tengah hamil tiga bulan justeru menyuruh sang suami untuk turut berangkat ke wilayah konflik itu.
Namun baru empat bulan bertugas Ahmad Syahid , sang suami, benar-benar syahid. Sejak saat itu ia menjanda sambil menunggu kelahiran sang anak. Kini anak itu sudah berumur lebih dari setahun, maimunah mencari nafkah denngan menjalankan bisnis multi level marketing islami. Pemilik pabrik tempat Firdaus bekerja, Hajjah Nur Hasanah yang bersimpati dengan janda syahid itupun menawari untuk menjadi pengelola kantin perusahaan. Maka sejak sebulan lalu perusahaan Bina Cita Ukhuwah punya pengelola kantin yang baru.
Masya Allah…Sejak kehadiran Maimunah, kehidupan beragama karyawati perusahaan sedikit meningkat. Kini sudah mulai banyak karyawati yang mengenakan Jilbab. Yang shalat di mushallah pun sudah mulai meningkat. Aapalagi suasana di kantin, terasa lain dengan alunan nasyid yang menyusupkan pesan-pesan rohani kedalam setiap butiran nasi dan setiap teguk air yang masuk ke dalam perut pengunjungnya. Maimunah juga memajang dan menjual beberapa buku keislaman di kantinnya. Bahkan sejak seminggu ini, di sudut kanan kantin telah berdiri sebuah lemari sederhana yang memajang busana muslimah.
***
"Firdaus..!" suara Ustadz Husen, ayah Firdaus terdengan memanggil. Seketika khayalan Firdaus buyar.
"Oh, Abi..! Sebentar!" sahut Firdaus dari dalam kamar seraya buru-buru bangkit dari pembaringannya untuk mempersiapkan diri.
Hari ini Firdaus akan menemani ayahnya untuk meminang calon ibu Firdaus. Kemudian besoknya…Firdaus akan meminta sang ayah untuk meminang Maimunah buat dirinya.
***
Ustadz Husen bersama Firdaus memasuki Kompleks Pesantren Istiqomah Sempaja. Mereka memang berjanji dengan pihak keluarga calon ibu Firdaus. Mereka memang berjanji bertemu di lokasi pesantren itu. Pimpinan pesantren menyambut mereka dengan penuh keramahan. Beberapa orang dari pihak keluarga calon mempelai telah menunggu dan tanpa bertele-tele acara pinang meminang berjalan lancar.
Namun ada satu hal yang membuat Firdaus terkejut setangah mati. Calon ibunya itu ternyata adalah Mimunah Janda Syahid yang selama ini ditaksirnya. Masya Allah…Kalau begitu ia harus merubah cintanya kepada Maimunah, menjadi cinta kepada Ummi.
Oh Ummi…
(***)

0 komentar:

Posting Komentar